14Feb'24

Today is everything. 


Untuk umat Katolik, hari ini Rabu Abu. 

Untuk warga Indonesia, hari ini Pemilu. 

Untuk couples, hari ini Valentine's Day. 


Untuk aku? Hari ini penuh drama. 


I'm writing this at 4.45 pm, in Soetta's T3 Starbucks, my pinky finger marked with a faded purple ink.  

Only by the Grace of God. 


Mundur dulu ke 2 minggu sebelum ini,

ketika website pengecekan DPT mulai beredar. 


Dengan penuh percaya diri, aku memasukan no KTP ku untuk ngecek. 

Pikirnya, iseng aja. Toh sudah tahu TPS nya di mana. Sudah berkali-kali memilih di situ. 

Eh, tapi ternyata namaku tidak terdaftar. 


Oke, mulai sedikit khawatir. Tapi, masih ada waktu, kupikir. 


Akupun menghampiri KPU Semarang - minta tolong dicek dan bertanya kenapa bisa begini? 

Sayangnya, mereka nggak bisa apa-apa. Cuma bilang, nanti ikut aja memilih di jadwal DPK - masih bisa, karena alamat KTPku sudah benar di Semarang. 


Tapi, di hari Pemilu, aku juga ada rencana travelling. 

Aku beli tiket pesawat yang berangkat tepat pukul 1 siang. Tentu saja aku ingin memanfaatkan hari libur pemilu. Pun biasanya juga nggak daftar apa-apa juga namaku sudah terdaftar di TPS tersebut. Prosesnya selalu tertib dan cepat. Jadi aku pikir, berangkat setelah nyoblos

Sedangkan kalau aku masuk DPK, baru bisa memilih di jam 12 siang. 

Aku masih mencoba optimis. Bisalah, kalau sudah 11.30, mungkin sebagian besar orang sudah memilih, dan DPK sudah diijinkan mulai memilih. Dari situ langsung ngebut ke bandara. Untungnya, di Semarang semua-semua dekat. 


Ya sudah, mencoba optimis. 

Aku menggunakan hari libur minggu lalu untuk mengecek para kandidat dan menetapkan pilihan-pilihan. 


Eh, ternyata belum sampai di situ saja. 

Tadinya adik sepupuku mau berangkat bareng dengan pesawat yang sama. Tapi, saat mau beli tiket, kok sudah tidak ada jam nya yang sama? 

Aku berpikir, oh mungkin sudah sold out, jadi sudah tidak keluar di sistem. 


Tapi saat tante & oma ngecek ke orang bandara, kok katanya penerbangan jamm 1 itu sudah tidak ada? 

Hm, aku mencoba tetap tenang. Mana airline yang aku pesan tidak ada call center nya lagi. Aku memulai live chat untuk mengkonfirmasi, dan beberapa jam kemudian dikabari: pesawatku maju 1 jam.  


Hmph. Berarti semua perhitungan maju. 

Kalau mau ke TPS dulu, berarti nggak bisa 11:30. 10:30 paling lambat. 

Tapi masih terlalu pagi. Jantung semakin dag-dig-dug. 

Sebagai seseorang yang menghargai sistem, antrian, aku sudah mulai patah hati. 


Akhirnya semalaman, aku berkata dua hal dalam hati: 

"Tuhan, aku mau milih besok." 

Dan, 

"Tuhan, kalau besok aku tetap nggak bisa milih, aku nggak mau kecewa." 

I've done what I can, I thought. 

Akupun mengulang-ulang kedua kalimat ini, di antara ngelindur, tertidur, & terbangun. 



Pagi ini, aku packing, dan semangat menyambangi TPS tercinta. 

Aku jelaskan situasiku ke petugas TPS, dan memohon, "Bisa milih sekarang aja, nggak?" 

"Bisanya nanti kembali lagi jam 12."

"Saya nggak bisa balik lagi."

"Iya. Mohon maaf. Takutnya nanti menyalahi." 


Mencoba-mencoba, akhirnya KTP tetap dikembalikan. 

Tidak bisa. 


Aku tahu semalam aku sudah bilang tidak mau kecewa. Ya aku sudah paham resikonya.

But I didn't expect to get so emotional. I was so sad.


Sebenarnya yaa satu suaraku mungkin tidak begitu berarti. 

Pilihanku bukan yang menjadi pilihan mayoritas orang. 

Aku milih atau enggak, nggak akan menang juga. 


Tapi rasanys sedihhhh banget. 

Rasanya seakan aku menyia-nyiakan sebuah privilege yang sudah diperjuangkan sedemikian rupa. Seperti aku tidak mau ikut berayakan hadiah bernama demokrasi ini. 

Setiap runtutan peristiwa yang terjadi 2 minggu belakangan ini berputar-putar dalam benakku. 

I've done all I can. Have I done all I can? Why do they have to happen all at once? 


Coba cari-cari pesawat yang lebih sore, sudah nggak ada. 


Ya sudah. Sambil orang tua ku nyoblos, aku tunggu di mobil. 

Nggak nangis bombay, hanya nangis nyesek. 

Lemes.  

I was so close, yet so far away. 


Tulisan ini mulai tersusun di benakku dengan alunan musik sendu. 


Ketika mereka kembali ke mobil, semua hening. 

Mobil mulai berjalan, mataku basah. Aku hanya mengatur nafas. 


Tapi tiba-tiba mobil berhenti. Ternyata di pos PPS (Panitia Pemungutan Suara). 

Sepertinya tadi diberi informasi, suruh coba menghubungi PPS. 


Papa turun membawa KTPku. 

Aku nggak ngerti apa yang sedang terjadi (karena tadi langsung masuk ke mobil), 

dan dia menghilang selama 5 menitan. 


Kemudian dia masuk lagi, dan membawa mobil kembali ke TPS. 

Aku heran. Suaraku parau saat aku bertanya, "Ngapain? Emangnya bisa apa?" 


Beruntungnya, tadi di PPS sepertinya ada orang-orang kelurahan yang sudah kenal dengan Papa. 

Perwakilannya bilang, kalau TPS sedang tidak ramai, silahkan diselipkan memilih. 


Masih dengan lemas, aku melangkahkan kaki turun dari mobil. Masih nggak percaya. 


Tapi, kali ini KTP ku diterima, namaku dicatat di daftar DPK, 

aku menandatangani daftar nama, 

lalu dipersilahkan duduk di antrian. 


Is this a dream


Aku was-was melihat saat ada pemilih lain yang datang setelahku. Apakah aku akan disuruh menunggu mereka dulu? Aku punya 30 menit sebelum harus ke bandara. Tapi ternyata tidak. Antrian berjalan dengan normal.

10 menit kemudian, aku menerima kelima surat suara. 


Akupun mengecek kelimanya di luar bilik, sebelum kemudian masuk ke bilik. 


Serasa seperti mimpi saat aku melihat busa dan paku yang ada. 

Satu per satu, aku mulai memberikan pilihanku. 


Mulai dari surat suara Presiden, 

DPD, 

DPR RI, 

DPRD Provinsi,

dan DPRD Kota. 


Sudah semua. 

Aku memasukan semua surat suara dan mencelupkan kelingking di tinta. 

Selesai. 


Secepat dan sesederhana itu, tapi ternyata nggak bisa dientenkan. 

Butuh perjuangan :")


Hatiku penuh. Langsung tidak tahan untuk tersenyum. 

Senang masih sekali lagi diberi kesempatan menyelesaikan hak & kewajibanku sebagai warga negara. 



Berfoto sebentar, lalu kami langsung ke bandara dan aku pun berangkat. 

Puji Tuhan, penerbangan pertama tepat waktu dan lancar meski dengan sedikit turbulence

Kini, aku sedang menunggu penerbangan kedua yang akan berangkat 2 jam lagi. 



Tidak ada pesan atau pelajaran yang bisa aku ambil atau sampaikan. 

Aku hanya bersyukur Indonesia bisa berpesta demokrasi. 

Aku bersyukur setiap rakyat bisa mengambil bagian dalamnya. 


Aku menyerahkan semua hasilnya ke dalam tangan Tuhan

Siapapun yang Dia ijinkan menjadi presiden & anggota legislatif bangsa ini

adalah yang terbaik dalam rancangan-Nya. 





What a day. 

Comments

Popular Posts